SINTANG – Setakat ini, Indonesia masuk pada era industrialisasi 4.0. Hal ini layak untuk diapresiasi, karena ini merupakan zaman yang berlangsung. Tetapi, yang menjadi tolak ukur dari hal tersebut adalah bagaimana cara merespon tantangan serta langkah apa yang harus diambil guna dapat bersaing di kanca global.
Beberapa keuntungan dinilai potensial guna menghadapi tantangan di era industrialisasi 4.0. Salah satunya dengan memanfaatkan dan mengaplikasikan digitalisasi di semua sektor, termasuk dunia perpolitikan.
Ihwal ini diungkapkan Nikodemus, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang ketika ditemui Radarborneo.id di Ruang Sidang Paripurna, Kantor DPRD Sintang, Jumat (11/11/2022).
Politikus Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini, menilai tiap aktifitas masyarakat saat ini mulai memanfaatkan sistem otomatisasi guna mempermudah kebutuhan masyarakat yang dikehendaki.
Melihat paradigma yang bergeser ini, kata Nikodemus, tentunya menjadi tantangan baru bagi setiap elemen masyarakat, terlebih bagi generasi emas Indonesia yang selalu di gaung-gaungkan, yakni generasi milenial.
“Generasi yang individualistik ini, sangat bergantung pada perkembangan teknologi, sehingga apatis terhadap dunia politik,” kata Nikodemus.
Generasi milenial yang paling mencolok saat ini, ungkap Nikodemus, adalah mereka yang begitu sangat menguasai teknologi serta aktif di media sosial seperti Facebook, YouTube, Instragram, WhatsApp dan lain-lain.
“90 persen generasi milenial mengakses media sosial setiap hari, mereka biasanya mencari informasi mengenai liburan, hiburan, kuliner, agama, politik, olah raga dan lain sebagainya,” tutur Nikodemus.
Untuk menarik pemilih milenial ikut serta dan peduli pada proses dan tahapan pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 2024 mendatang, tentu menjadi tantangan sendiri bagi sejumlah pihak yang terlibat pada Pemilu mendatang.
Karenanya, Nikodemus menyarankan agar penyelenggara Pemilu dapat memberikan pendidikan politik yang dapat diterima oleh khalayak milenial.
“Caranya, kita harus terjun ke dunia mereka atau dengan membingkai pendidikan serta kegiatan yang sesuai dengan porsinya. Karena mereka cenderung tertarik pada hal-hal yang baru, inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Nah, ini harus menjadi perhatian kita bersama, sehingga generasi milenial ini dapat ikut mensukseskan tiap tahapan pemilu 2024,” ujar Nikodemus berpendapat.
Apalagi dengan derasnya arus informasi yang sangat mudah untuk di didapat. “Kita takutkan tanpa ada pemberian pendidikan politik yang masif malah makin banyak sikap apatis di kalangan milenial. Tentunya ini menjadi PR kita bersama untuk mengatasinya,” pungkas Nikodemus. (*)